KAJIAN
TENTANG PENELITIAN MANUSIA PURBA
DI
SANGIRAN
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar dengan dosen pengampu Yanto
Heryanto, S.Sos, M.Si
Oleh
Achmad
Rofi 116040103
Dita
Lestari 116040112
Edi
Suranta Panjaitan 116040109
Fahrul
Aupa 116040105
Marlina
Ulfah Soeryadi 116040110
Monalisa
116040119
Syafaq
Bayu Dena 116040122
Tulus
Arief Darmawan 116040111
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Ilmu Alamiah Dasar membuat makalah. Pada
kesempatan kali ini kami menulis makalah dengan judul “Manusia
Purba di Sangiran”.
Secara
garis besar karya tulis ilmiah ini disusun secara ringkas dan sistematis agar
para pembaca lebih mudah memahami isi makalah ini. Isi makalah ini tersusun
atas pendahuluan, kajian pustaka, pembahasan,
dan penutup serta lampiran yang sudah
ditulis secara singkat dan jelas.
Pengetahuan
ini masih jauh dari lengkap dan sempurna untuk menjangkau
pengetahuan-pengetahuan yang semakin hari semakin banyak berkembang.
Menyadari
kekurangan yang ada pada makalah yang kami tulis ini, dengan kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun agar makalah yang kami
tulis akan datang lebih baik dan sempurna. Kami sebagai penyusun berharap
semoga makalah yang telah ditulis ini
bermanfaat bagi pembaca. Amiin.
Cirebon, Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan....................................................................... 2
BAB II Landasan Teori............................................................................... 3
BAB III Metode Penulisan......................................................................... 3
BAB IV Pembahasan.................................................................................. 4
4.1. Sejarah Manusia Purba di Indonesia............................................ 4
4.2. Sejarah Penemuan Fosil Manusia Purba di Sangiran................... 5
4.3.
Jenis-Jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Sangiran............ 6
4.4. Lokasi Penemuan Fosil Manusia Purba di Sangiran.................... 8
BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan................................................................................ 10
5.2. Saran.......................................................................................... 10
Daftar Pustaka........................................................................................... 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Situs Sangiran
dikenal dengan istilah “Sangiran Dome” artinya kubah sangiran. Dinamakan
demikian karena kawasan situs ini secara geomorfologis merupakan daerah perbukitan
dengan struktur kubah atau dome dibagian tengahnya. Struktur kubah tersebut
telah mengalami proses deformasi yaitu proses patahan, longsoran, dan erosi,
sehingga berubah bentuk menjadi lembah. Proses deformasi tersebut telah
membelah kubah sangiran, mulai dari kaki kubah sampai kepusat kubah ditengahnya,
sehingga menyingkapkan lapisan tanah purba dengan sisa-sisa kehidupan purba
yang pernah ada dikawasan itu. Lapisan tanah yang tersingkap dikubah sangiran
tersebut berturut-turut dari pusat kubah sampai ke bibir kubah terbagi menjadi
empat formasi stratigrafi yaitu Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan, Formasi
Kabuh, dan Formasi Notopuro. Formasi Kalibeng adalah lapisan tanah tertua dan
Formasi Notopuro adalah lapisan tanah termuda. Berdasarkan hasil studi terhadap
struktur dan tekstur lapisan tanah formasi-formasi
tersebut serta studi terhadap kandungan fosilnya maka sejarah terbentuknya
kawasan Sangiran dapat diketahui.
1.2. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana Sejarah Manusia Purba
di Indonesia ?
2. Bagaimana Sejarah Penemuan
fosil manusia purba di Sangiran ?
3. Bagaimana jenis – jenis manusia
purba yang ditemukan di Sangiran ?
4. Di mana lokasi penemuan fosil
manusia purba Sangiran ?
1.3. TUJUAN
PENULISAN
1.
Menjelaskan sejarah mausia purba di Indonesia
2. Menjelaskan Sejarah Penemuan
fosil manusia purba di Sangiran
3.
Mendeskripsikan jenis – jenis manusia purba yang ditemukan di Sangiran
4.
Menjelaskan lokasi penemuan fosil manusia purba Sangiran
1.4. MANFAAT
PENULISAN
1.4.1. Bagi
Pembaca
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan
tentang kehidupan manusia purba di Indonesia pada zaman dahulu.
1.4.2.
Bagi Penulis
Dapat menjadi
informasi berharga bagi para penulis guna menciptakan tulisan yang lebih
bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa mengetahui kehidupan manusia
purba di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sebagai
salah satu tempat ditemukannya fosil manusia purba di Indonesia, Sangiran kiranya perlu di bahas mengenai
sejarah dan kronologis ditemukannya fosil manusia purba tersebut. Hal ini
menjadi suatu hal yang menarik untuk dibahas karena merupakan salah satu ikon negara Indonesia
tentang informasi sejarah peradaban manusia di nusantara. Untuk itu melalui
makalah ini kami ingin memberikan informasi mengenai sejarah penemuan manusia
purba di Sangiran, Jawa Tengah tersebut.
BAB
III
METODE
PENULISAN
Dalam
mendapatkan informasi mengenai sejarah manusia purba di Sangiran untuk
penulisan makalah ini penulis menggunakan metode study literature yakni mencari informasi berupa fakta dan pendapat
melalui media cetak dan media elektronik.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1. Sejarah
Manusia Purba Di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu
tempat ditemukannya fosil manusia purba. Ini artinya, Indonesia pada masanya
pernah didiami oleh manusia purba. Kenyataan ini menjadikan Indonesia menjadi
salah satu tempat penting bagi para ahli yang akan melakukan studi tentang
manusia purba. Adapun tempat lain yang juga ditemukan fosil manusia purba yaitu
Prancis, Jerman, Belgia, dan Cina.
Faktor
apakah yang membuat Indonesia menjadi tempat menarik untuk didiami oleh manusia
purba? Kita tahu, kehidupan manusia purba masih sangat bergantung oleh alam.
Jadi besar kemungkinan faktor utama yang menarik manusia purba untuk mendiami
Indonesia adalah kesuburan tanahnya serta kekayaan akan faunanya. Sejak 10.000 tahun yang lalu ras-ras manusia seperti yang kita kenal sekarang ada di
Indonesia. Pada kala Holosin dikenal dua ras, yaitu ras Austromelanosoid dan
ras Mongoloid. Ras Austromelanosoid mempunyai ciri-ciri tubuh agak besar,
tengkorak kecil, rahang kedepan, hidung lebar, alat pengunyah kuat. Ras Mongoloid
memiliki ciri-ciri tubuh lebih kecil, tengkorak sedang, muka lebar dan datar, hidung sedang. Temuan rangka manusia Pos
Plestosin di pantai timur Sumatera Utara, gua-gua di Jawa Timur, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara. Sisa-sisa manusia di langsa tamiang dan binjai
menunjukkan ciri-ciri austromelanosoid.
Dengan
melihat keadaan di Sumatera Timur dan membandingkan dengan keadaan di pantai
selat Malaka, manusia ini memakan bintang laut, kerang laut, dan ikan,
disamping beberapa hewan darat, seperti babi dan badak. Manusia ini juga telah
mengenal api, mengubur mayat, dan upacara tertentu. Pada saat bersamaan di gua
lawa, sampung, ponorogo, didapati manusia yang termasuk ras Austromelanosoid.
Mereka hidup dari binatang buruan, seperti kerbau, rusa, dan gajah.
Di Flores,
yaitu Liang Toge, Liang Momer, dan Liang Panas didapatkan sisa-sisa manusia
yang menunjukkan ciri-ciri Austromelanosoid. Di
Liang Toge, Flores Barat manusianya diperkirakan hidupnya secara meramu dan
berburu. Dari data tersebut maka populasi di Indonesia di kala Pos Plestosin:
Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara didiami ras Austromelanosoid dengan sedikit
unsur Mongoloid, tapi di Sulawesi selatan menunjukan ras mongoloid. Mungkin
karena pengaruh mongoloid melalui Filipina –
Kalimantan – Sulawesi.
Kehidupan
praaksara di Indonesia dimulai sejak munculnya manusia purba. Berdasarkan
banyaknya fosil purba yang ditemukan, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
tempat yang menarik bagi manusia purba untuk ditempati. Oleh karena itu,
Indonesia menjadi sangat penting bagi para ilmuan.
4.2.
Sejarah Penemuan Fosil Manusia Purba Di Sangiran
Sangiran
pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan
penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak
dilaporkan schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama.
Eugene Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik
dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, G.H.R von Koenigswald
menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di
barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan
penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs Sangiran
menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus
secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting
dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia
modern. Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik
manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi
budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri
geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta
tahun, menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah
satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai
Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia
(World Heritage List) UNESCO. Perhatikan baik-baik gambar fosil manusia purba
di samping, fosil itu juga disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seri
penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran.
Ia ditemukan diendapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah
Sangiran. Fosil itu merupakan dua diantara Homo erectus di dunia yang masih
lengkap dengan mukanya. Satu ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika.
4.3. Jenis – Jenis Manusia Purba Yang Ditemukan Di Sangiran
Megantrophus
Paleojavanicus
Jenis
manusia purba ini terutama berdasarkan penelitianvon Koenigswald di Sangiran
tahun 1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar.
Dari hasil
rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis manusia ini dengan sebutan
Meganthropus Paleojavanicus,
artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini memiliki ciri
rahang yang kuat dan badannya tegap. Diperkirakan makanan jenis manusia ini
adalah tumbuh-tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.
Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan
Pithecanthropus dengan badan yan besar.
Ciri-Ciri
:
Memiliki tulang rahang
yang kuat
Tidak memiliki dagu dan memiliki hidung lebar
Berbadan besar dan tegap
Memakan tumbuhan
dan daging hewan buruan, namun tumbuhan menjadi makanan utama
Kening menonjol
Homo Erectus
Homo erectus adalah takson paling
penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan Homo sapiens, manusia
modern.Homo erectus pada awal penemuannya diberi nama ilmiah Pithecanthropus
erectus.Memiliki arti manusia-kera yang dapat berdiri.Telah ditemukan sebanyak
50 individu fosil manusia Homo erectus di Sangiran. Jumlah ini mewaikili 65%
dari fosil Homo erectus yang ditemukan di Indonesia atau 50% dari populasi Homo
erectus di dunia.
Terdapat sebuah penemuan bernama
Sangiran 17 (S17) yang merupakan temuan fosil Homo erectus terbaik.
Ciri-ciri Fisik S17 :
Dahi sangat
Tulang kening
menonjol
Orbit mata persegi
Pipi lebar menonjol
Mulut menjorok kedepan
Tengkorak pendek
memanjang
Berdasarkan Morfologi, tengkorak S17
adalah individu laki-laki dewasa yang hidup di Sangiran pada saat Sangiran
didominasi lingkungan sungai yang luas sekitar 700.000 tahun yang lalu.
Homo Soloensis
Fosil
Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan,
Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931-1933 dari lapisan
Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai
300.000 tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.
Menurut
Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus.
Diperkirakan
makhluk ini merupakan evolusi dari Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh sebagian
ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan
manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari
lapisan Pleistosen Atas.
Ciri Ciri :
Volume otaknya antara
1000 – 1200 cc
Tinggi badan antara 130
– 210 cm
Otot tengkuk mengalami
penyusutan
Muka tidak menonjol ke
depan
Berdiri tegak dan
berjalan lebih sempurna
4.4. Lokasi
Penemuan Fosil Manusia Purba Di Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia,yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer pada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat.
Situs
Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat
adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai dengan perbukitan
yang bergelombang. Kondisi itu menyebabkan terbukanya berbagai lapisan batuan
yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak.
Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran berupa endapan lempung hitam dan
pasir fluvio volkanik, tanahnya tidak subur dan terkesan gersang pada musim
kemarau.
BAB
V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota
Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe,
Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya
Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten
Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran,
Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.
5.2. SARAN
Sebagai warga negara yang baik dan khususnya kita
sebagai mahasiswa harus bisa melestarikan kekayaan budaya baik itu wisata
maupun sejarah bangsa. Agar tidak punah oleh waktu. Selain itu kita juga harus
bisa menjaganya agar tetap lestari dan berkembang.
DAFTAR
PUSTAKA
Hargi
Ono “Makalah Situs Sangiran”. (online). http://h-argio-no.blogspot.co.id/2012/12/makalah-situs-sangiran.html. (diakses 27
Desember 2012).
Kukuh
Sanusa “Makalah Sangiran dan Trinil”. (online).
http://wirasanusa.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sangiran-dan-trinil.html. (diakses 09
Oktober 2013).
M.
Ikhwanul Kirom “Karya Tulis Wisata Budaya
Museum Manusia Purba Sangiran”. (online). http://berbagi-asik.blogspot.co.id/2014/02/karya-tulis-wisata-budaya-museum.html. (diakses 22
Februari 2014).
Rini
Ayu Agustin “Makalah Museum Sangiran”.
(online). https://riniayuagustin.blogspot.co.id/2015/09/makalh-singkat-museum-sangiran-makalah.html. (diakses 24
September 2015).
Vandha
Salsabila. “Manusia Purba di Indonesia”.(online).
http://pateron.blogspot.co.id/2016/04/makalah-tentang-manusia-purba-di.html. (diakses April
2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar