ARTIKEL
ILMIAH
“MITOS
DAN METODE ILMIAH”
Diajukan
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar dengan dosen pengampu Yanto
Heryanto, S.Sos, M.Si
Oleh
Achmad
Rofi 116040103
Dita
Lestari 116040112
Edi
Suranta Panjaitan 116040109
Fahrul
Aupa 116040105
Marlina
Ulfah Soeryadi 116040110
Monalisa
116040119
Syafaq
Bayu Dena 116040122
Tulus
Arief Darmawan 116040111
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI
2017
MITOS
DAN METODE ILMIAH
Di Era Globalisasi modern ini, segala bentuk
mitos masih ada yang dipakai para orang tua untuk menasehati anaknya, mitos di
Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya
susunan para dewa, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok serta masih banyak
lagi yang berkembang sampai saat ini. Dengan masih dipakainya mitos-mitos
tersebut sampai saat ini, maka munculah ketakutan akan mitos-mitos tersebut,
ketakutan bila tidak dipercayai maka akan terjadi. Untuk itu diperlukan adanya
suatu penelitian-penelitian yang dapat dibuktikan kebenarannya dan merupakan
sebuah teori yang disebut dengan ilmiah. Penelitian-penelitian yang jelas
terhadap kondisi masyarakat yang masih mempercayai adanya mitos yang dapat
membuat mereka takut. Padahal mitos itu belum tentu dapat dibenarkan secara
ilmiah. Dengan begitu masyarakat tahu apa yang harus dilakukannya sekarang dan
waktu yang akan datang. Tidak hanya mitos untuk orang hamil dan menyusui,
mitos-mitos yang lain pun harus mempunyai pembuktian secara ilmiah dan tidak
langsung mempercayai mitos-mitos tersebut.
Mitos adalah suatu cerita atau arahan yang
dijadikan pedoman hidup manusia. Melalui mitos para orangtua dapat mengajarkan
anak-anaknya tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Namun arahan itu belum
tentu akan berhasil, masih diperlukan kepercayaan anak-anak mereka terhadap
mitos. Berbagai macam mitos yang berkembang sampai saat ini menggambarkan bahwa
masih ada dari sebagian masyarakat yang masih dapat menerima mitos-mitos
tersebut. Dengan kata lain, mereka lebih mempercayai hal-hal yang masih berbau
mitos dibandingkan dengan hal-hal yang sudah ilmiah. Sehingga cara pemikiran
mereka baru sampai pada tahap metafisik dan philosofi belum sampai pada tahap
positivisme.
Dalam menentukan suatu yang dikatakan ilmiah, terdapat
beberapa tahapan untuk menjadi ilmiah yaitu, sistematis, objektif, metodik,
universal dan tentative. Dalam hal metodenya, ilmiah harus bebas dari
prasangka, bebas dari instuisi dan bebas dari coba-coba.
Sehubungan dengan penjelasan diatas, telah mendorong
tim penyusun untuk mengambil judul untuk tugas makalah Ilmu Kealaman Dasar dengan judul bahasan Ilmiah dan Mitos.
A. ILMIAH
Ilmiah
adalah cara berpikir manusia yang dilakukan berdasarkan penelitian. Ditinjau
dari sejarah berpikir manusia, terdapat dua cara pokok untuk memperoleh
pengetahuan yang benar, ialah :
1. Cara yang
berdasarkan rasio, atau yang lebih dikenal dengan rasionalisme
Paham ini
dipelopori oleh Descartes. Menurutnya, rasio adalah sumber dan pangkal dari
segala pengertian. Dan hanya rasio yang dapat membawa orang pada kebenaran dan
dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran. Dalam menyusun pengetahuan,
Descartes menggunakan metode deduktif. Dimana idenya merupakan anggapan yang
sudah jelas, tegas, dan pasti didalam pikiran manusia. Jadi inti dari
pengetahuan berasal dari ide atau prinsip dan kemudian menjadi pengetahuan.
Kekurangan
dari rasionalisme ini adalah evaluasi terhadap kebenaran dasar pemikiran
menurut penalaran deduktif. Yang sumber penalarannya bersifat abstrak, terlepas
dari segala pengalaman. Sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi dan dapat
memungkinkan pada satu objek yang sama terdapat perbedaan pendapat. Sehingga
dalam hal ini pemikiran rasional lebih bersifat subjektif dan solipsistic
(hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berbeda dalam otak yang
berpikir tersebut)
2. Cara yang berdasarkan pengalaman,
paham yang dikembangkan disebut empirisme
Bahwa
pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak,
tetapi lewat pengalaman yang konkrit, yang bisa dilihat dari gejala – gejala
alam karena dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indra.
Kaun empiris
berpegang pada prinsip kesurupan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala –
gejala alam berlangsung dengan pola – pola tertentu. Dengan mengetahui
bagaimana sesuatu terjadi di masa lalu atau dengan mengetahui tingkah laku
benda – benda tersebut sekarang, maka kita dapat meramalkan kemungkinan tingkah
lakunya dimasa mendatang.
Kekurangan
empirisme : kaum empiris tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang
hakikat pengalaman ini, merupakan stimulus panca indra persepsi/sensasi mereka
menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata, karena merupakan gejala yang
diperoleh dengan panca indra. Kita telah tahu bahwa kemampuan panca terbatas
dan tidak sempurna, sehingga segala sesuatu yang dilaporkan dari hasil kerja
panca indra ini tidak terlalu besar.
Bila memutar
kembali waktu, kita dapat mengetahui pada zaman batu pun telah ada penngetahuan
“Know How”, yaitu pengetahuan yang semuanya terjadi secara kebetulan atau
disengaja yang berdasarkan pengetahuan primitif, yang kemudian dilanjutkan
dengan percobaan yang dilakukan tanpa dasar dan tanpa pengaturan, tetapi dengan
mengikuti proses “Trial and Error”, yang kegiatan antara lain :
· Kemampuan mengamati
· Kemampuan membeda-bedakan
· Kemampuan memilih
· Kemampuan melakukan percobaan tanpa
disengaja
Adapun ciri-ciri ilmiah:
ü Objektif
Ilmu harus
memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkinada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu
dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
ü Metodis
Adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti
metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
ü Sistematik
Dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu system yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
ü Universal
Kebenaran
yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu). Contoh: semu segitiga bersudut . Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu social menyadari kadar
keumumman (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu social, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
ü Tentatif
Dan criteria
ilmiah antaralain:
Berdasar fakta,
ada data, bebas dari prasangka, menggunakan hipotesis dan memakai ukuran
objektif,
Perhitungan
kuantitatif,
B. MITOS
Mitos atau
mite(myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk
setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap
benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita atau penganutnya. Selain itu,
mitos dapat diartikan sebagai kisah-kisah atau hal-hal yang sering diceritakan
orang tua pada jaman dahulu, sebagai media pembelajaran. Mengajarkan mana
perbuatan yang baik dan buruk, antara surga dan neraka dan perbandingan jahat
serta mulia. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta,
dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah
percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri ada yang berasal dari
Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Mitos yang berasal dari luar negri pada umumnya
telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa
asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan zaman. Menurut
Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India,
melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Bahkan orang
Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos tersebut terjadi di Jawa. Di Jawa Timur
misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai gunung
suci Mahameru atau sedikitnya sebagai puncak Mahameru yang dipindahkan dari
India ke Pulau Jawa.
Mitos di
Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya
susunan para dewa, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite
terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sriyang dianggap sebagai dewi padi orang
Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri adalah putrid raja Purwacarita. Ia
mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi
tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana diubah menjadi seekor
burung layang-layang sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah.
Kemudian perkembangan
selanjutnya adalah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan pikirannya,
jadi tidak semata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Rasa ingin tahu manusia
ternyata tidak dapat terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya saja
untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka – reka sendiri jawabannya.
Biasanya
mitos ini timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera
manusia, misalnya :
·
Alat Penglihatan
Ada benda –
benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Ada pula
jika benda yang dilihat terlalu jauh maka mata tak mampu melihatnya.
·
Alat Pendengaran
Pendengaran
manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 – 30.000 per
detik. Getaran dibawah 30 atau diatas 30.000/dHÕ· tak akan
dapat didengar oleh manusia.
·
Alat Pencium dan Pengecap
Manusia
hanya bisa membedakan empat jenis rasa yaitu manis, masam, pahit dan asin.
Bau seperti
parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila
konsentrasinya di udara sepersepuluh juta bagian.
Dari bau,
manusia dapat membedakan benda dengan benda lain namun tidak semua dapat
melakukannya.
·
Alat Perasa
Kulit
manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relative, sehingga
tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Menurut
Auguste Comte (1798-1857) dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai keseluruhan berlangsung dalam tiga tahap:
1. Tahap
Teologi atau Fiktif (Metafisik)
Masa-masa
dimana manusia percaya akan adanya mitos. Mereka mempunyai rasa ingin tahu yang
besar, lebih mengandalkan panca indera, dan tidak menggunakan rasio (karena
belum tahu)
2. Tahap
Filsafat atau Abstrak (Phylosopy)
Manusia
mulai mengenal Tuhan (dewa-dewa), dan astrologi.
3. Tahap
Positivisne atau Ilmiah Riel
CONTOH KASUS
Dan
dibawah ini merupakan beberapa kasus mitos yang telah terpatahkan karena adanya
penelitian ilmiah yang dapat mengungkapkan kebenarannya.
KASUS 1:
Mitos : Kanker tidak bisa dicegah
Ilmiah : Para ilmuan memperkirakan
bahwa 50% kematian akibat kanker di Amerika disebabkan oleh kondisi dan
lingkungan serta pilihan-pilihan yang tidak sehat. Kondisi dan lingungan yang
tidak sehat ini bisa menyebabkan diet yang tidak sehat, obesitas atau kebiasaan
yang tida sehat seperti merokok dan kurangnya aktivitas fisik. Sekarang, telah
ditemukan cara untuk menghindari kanker termasuk kanker aru-paru, servik,
kolon, rektal, dan kanker kulit.
Pada umumnya,
kanker bisa dicegah dengan:
menghindari
rokok atau produk-produk dari tembakau
menghindari jadi
perokok pasif
tidak
mengkonsumsi alcohol
mempertahankan
berat badan yang sehat
memakan lebih
banyak buah dan sayuran setiap hari serta mengikuti pola diet rendah lemak
menyeimbangkan
asupan kalori dengan aktivitas fisik
melindungi kulit
dari sinar matahari
KASUS 2:
Mitos: di planet
lain terdapat kehidupan selain di bumi.
Ilmiah: makhluk
hidup dapat hidup di bumi karena bumi kekiliki keadaan yang ideal bagi
kehidupan makhluk hidup. Maakhluk hidup memerlukan tekanannya' kandungan gas,
suhu, dan air yang benar-benar cocok untuk kehidupannya. Di planet lain mungkin
saja terdapat atmosfer, namun jika tidak terlalu besar tekanannya malah terlalu
tipis. Di mars, misalnya diketahui memiliki atmosfer dengan kandungan oksigen
yang tipis. Maka walaupun sudah dilakukan penelitian dengan robot yang
didaratkan di permukaannya, tak juga ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan. Di
planet lain malah ada yang suhunya sangat ekstrem dingin dan ekstrim panas.
Jadi sementara, ini yang diketahui ada kehidupan hanyalah di planet Bumi. Namun
yang demikian tidak mustahil jika planet lain terdapat kehidupan yang pada
tingkat makhluk hidup yamg paling rendah.
KASUS 3:
Mitos: Burung hantu rajanya mitos.
Di sini, burung
hantu banyak sekali dikaitkan dengan berbagai mitos yang menyeramkan. Atau
singkatnya, burung ini senang dekat dengan hantu atau setan sehingga suaranya
jadi pertanda keberadaan hantu. Tapi ternyata, burung hantu ini tak hanya
terkenal sebagai raja ,mitos di negeri ini, melainkan juga di mancanegara.
Konon, di India, burung hantu bisa jadi pertanda akan datangnya kematian.
Namun, di negeri itu, burung hantu juga terkenal sebagai penyembuh sakit
jantung. Sementara itu di yunani, kalau ada burung hantu yang terbang mengitari
pasukan yang tengah berperang, maka pasukan itu dijamin bakal menang.
Usut punya usut, burung hantu adalah
nama yang diberikan kepada kelompok burung yang aktif pada malam hari.
Terbangnya sama sekali tidak berisik atau tanpa suara, meluncur saja seperti
hantu. Orang awam atau nenek kakek kita dulu yang menyangka burung ini bisa
terbang seperti hantu karena berkawan dengan hantu.
Ilmiah: terbang
senyap ini bisa dilakukan burung hantu karena bulu sayap mereka yang sangat
halus seperti beludru. Bulu halus ini meredam suara kepakan sayap dan gesekan
angin saat tubuhnya melaju kencang memburu mangsa. Sehingga, calon mangsa tidak
menyadari kedatangannya dan tidak dapat mengelak dari sergapannya.
KASUS 4:
Mitos: mematahkan ruas jari picu arthritis
Ilmiah: tidak ada studi yang menghubungkan antara
mematah-matahkan ruas jari dengan rasa sakit akibat arthritis. Tetapi,
berdasarkan sebuah studi peregangan ligament yang terjadi berulang-berulang
saat mematah-matahkan tangan bisa menimbulkan peradangan dan memperlemah daya
genggam.
KASUS 5:
Mitos: menurut mbah Marijan sebagai juru kunci gunung
merapi. Mbah Marijan memberikan mitos dan ramalan bahwa gunung berapi tidak
akan meletus dan menyemburkan laharnya, “saat mengalami 8 kali letupan lava”,
kata mbah Marijan.
Ilmiah: pembuktian secara ilmiah dalam ilmu geologi
gunung-gunung berapi, seperti gunung merapi akan benar-benar meletus dan
menyemburkan laharnya pada saat mengalami letupan-letupan larva secara
maksimal.
KESIMPULAN
Jadi, mitos
itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
® Keterbatasan Pengetahuan
Pada masa
itu manusia belum memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan mereka hanya
terbatas pada cerita dari oranglain, karena ada seseorang yang mengetahui
sesuatu hal, kemudian diceritakan kepada oranglain.
® Keterbatasan Penalaran Manusia
Manusia
memang mampu berfikir, namun pemikirannya perlu terus menerus dilatih. Namun
pemikiran itu dapat benar juga dapat salah. Untuk itu perlu waktu guna
meyakinkan bahwa penalaran itu benar adanya.
® Keingintahuan Manusia yang telah
Dipenuhi untuk Sementara
Kebenaran
memang harus dapatditerima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima
secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang
benar, yang menurut masyarakat awam dapat diterima sebagai suatu kebenaran.
Dalam perkembangannya, mitos tak
selamanya mitos. Karena kemajuan berfikir manusia yang sangat pesat, akhirnya
ditemukan alasan yang masuk akal dan dapat dipertanggung jawabkan melalui
penelitian yang akhirnya dikukuhkan sebagai pengetahuan.
RESUME MITOS DAN METODE ILMIAH
Di Era Globalisasi modern ini, segala
bentuk mitos masih ada yang dipakai para orang tua untuk menasehati anaknya,
mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, para
dewa, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok serta masih banyak lagi yang
berkembang sampai saat ini. Untuk itu diperlukan adanya suatu penelitian-penelitian
yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Mitos adalah suatu cerita atau arahan
yang dijadikan pedoman hidup manusia. Berbagai macam mitos yang berkembang
sampai saat ini menggambarkan bahwa masih ada dari sebagian masyarakat yang
masih dapat menerima mitos-mitos tersebut.
Dalam menentukan suatu yang dikatakan
ilmiah, terdapat beberapa tahapan untuk menjadi ilmiah yaitu, sistematis,
objektif, metodik, universal dan tentative. Dalam hal metodenya, ilmiah harus
bebas dari prasangka, bebas dari instuisi dan bebas dari coba-coba.
A. ILMIAH
Ilmiah adalah cara berpikir manusia yang dilakukan
berdasarkan penelitian. Dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan yang benar,
ialah :
1. Cara yang berdasarkan rasio, atau yang lebih dikenal
dengan rasionalisme
Paham ini dipelopori oleh Descartes. Menurutnya, rasio
adalah sumber dan pangkal dari segala pengertian. Dalam menyusun pengetahuan,
Descartes menggunakan metode deduktif. Jadi inti dari pengetahuan berasal dari
ide atau prinsip dan kemudian menjadi pengetahuan.
Kekurangan dari rasionalisme adalah evaluasi terhadap
kebenaran dasar pemikiran menurut penalaran deduktif yang sumber penalarannya
bersifat abstrak, terlepas dari segala pengalaman. Sehingga dalam hal ini
pemikiran rasional lebih bersifat subjektif dan solipsistic (hanya benar dalam
kerangka pemikiran tertentu yang berbeda dalam otak yang berpikir tersebut).
2. Cara yang
berdasarkan pengalaman, paham yang dikembangkan disebut empirisme
Bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat
penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkrit.
Kaum empiris berpegang pada prinsip kesurupan. Dengan
mengetahui bagaimana sesuatu terjadi di masa lalu atau dengan mengetahui
tingkah laku benda-benda tersebut sekarang, maka kita dapat meramalkan kemungkinan
tingkah lakunya dimasa mendatang.
Kekurangan empirisme : kaum empiris tidak dapat
memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat pengalaman ini, merupakan
stimulus panca indra persepsi/sensasi mereka menganggap bahwa dunia fisik
adalah nyata, karena gejala yang diperoleh dengan panca indra. Pada zaman batu
pun telah ada pengetahuan “Know How”, yaitu pengetahuan yang semuanya terjadi
secara kebetulan atau disengaja yang berdasarkan pengetahuan primitif, yang
kemudian dilanjutkan dengan percobaan yang dilakukan tanpa dasar dan tanpa
pengaturan, tetapi dengan mengikuti proses “Trial and Error”, yang kegiatan
antara lain :
Kemampuan mengamati, kemampuan membeda-bedakan, kemampuan
memilih, kemampuan melakukan percobaan tanpa disengaja.
Adapun ciri-ciri ilmiah:
Objektif jadi ilmu harus
memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkinada karena masih harus
diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif.
Metodis adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
Sistematik dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu system yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
Universal adalah kebenaran
yang hendak dicapai. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar keumumman
(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya
adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Tentatif
Dan kriteria ilmiah antara lain berdasar fakta, ada data, bebas dari prasangka, menggunakan hipotesis
dan memakai ukuran objektif dan perhitungan kuantitatif.
B. MITOS
Mitos atau mite(myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa
atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan
dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita atau penganutnya.
Selain itu, mitos dapat diartikan sebagai kisah-kisah atau hal-hal yang sering
diceritakan orang tua pada jaman dahulu, sebagai media pembelajaran. Mitos pada
umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas
binatang, topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan
sebagainya. Menurut Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil
mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai
dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos tersebut terjadi di
Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan
Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai puncak Mahameru yang
dipindahkan dari India ke Pulau Jawa.
Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta,
terjadinya susunan para dewa, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok.
Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sriyang dianggap sebagai
dewi padi orang Jawa.
Kemudian perkembangan selanjutnya adalah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik
atau kebutuhan pikirannya, jadi tidak semata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya.
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan atas dasar pengamatan
maupun pengalamannya saja untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka –
reka sendiri jawabannya.
Biasanya mitos ini timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat
indera manusia, misalnya : alat Penglihatan,
alat pendengaran,
alat
Pencium dan Pengecap, alat
Perasa. Menurut Auguste Comte (1798-1857) dalam sejarah perkembangan jiwa manusia,
baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan berlangsung dalam tiga tahap: Tahap Teologi atau Fiktif (Metafisik), Tahap Filsafat
atau Abstrak (Phylosopy) dan Tahap
Positivisne atau Ilmiah Riel.
Contoh kasus :
Mitos : Menurut mbah Marijan sebagai juru kunci gunug
merapi. Mbah Marijan memberikan mitos dan ramalan bahwa gunung berapi tidak
akan meletus dan menyemburkan laharnya, “saat mengalami 8 kali letupan lava”,
kata mbah Marijan.
Ilmiah : pembuktian secara ilmiah dalam ilmu geologi
gunung gunung berapi, seperti gunung merapi akan benar-benar meletus dan
menyemburkan laharnya pada saat mengalami letupan-letupan larva secara maksimal.
Jadi kesimpulannya mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu
karena:
Keterbatasan Pengetahuan
Keterbatasan Penalaran Manusia
Keingintahuan Manusia yang telah Dipenuhi untuk Sementara